SUASANA duka masih menyelimuti kediaman keluarga ibu Suryati di Kelurahan Asam, Rangkui kemarin, (27/7). Suaminya Ahmad Siswani, yang juga salah satu imam di Masjid Baitul Ma ruf jalan Sungaiselan, meninggal dunia saat memimpin sholat Isya berjamaah di masjid Baitul Ma ruf, Kamis malam (26/7).
Saat meninggal, Haji Aceng--sapaan akrab Ahmad Siswani-- sedang memimpin sholat Isya. Kala itu memasuki pada rakaat kedua, tepatnya saat bangkit dari ruku dan akan sujud pertama. Saat akan sujud, kakek berusia 61 tahun ini sempoyongan dan akhirnya jatuh di atas sajadahnya.
Kondisi kakek dengan empat anak dan tiga cucu ini dilihat masih sadar. Salah seorang jamaah di belakanya Haji Aceng mengambil inisiatif menggantikannya dan segera menyelesaikan sholat Isya.
Usai itu dengan tergesa-gesa disertai dengan gema zikir dan doa dari jemaah langsung membawa keluar Aceng menuju Rumah Sakti Bhakti Wara (RSBW). Akhirnya Allah SWT berkehendak lain. Dalam perjalanan menuju RSBW tanpa henti iringan zikir lalu dengan mudah nafas terakhir terhembuskan. Setiba di RSBW tim medis akhirnya memvonis kalau Aceng sudah meninggal dunia.
Usai sholat Zuhur kemarin, oleh keluarga, jenazah imam dimakamkan di perkuburan Jalan Mentok. Cuaca cerah dan bersahabat mengiringi pemakanan pensiunan Pemkot Pangkalpinang. Ratusan jemaah masjid, keluarga serta warga mengiringi hingga ke liang lahat. Pun air mata keluarga, sahabat dan keluarga serta wajah penuh ikhlas melepaskan kepergiannya untuk selama-lamanya.
Bagaimana dengan perilaku keseharian almarhum di mata keluarga dan rekan-rekan? Ternyata Aceng kesehariannya sangatlah baik dan ramah. Ia bilamana sedang santai dan sendiri sangat menyukai dengan membaca hafalan-hafalan Quran tanpa teks. Adapun tempat yang menjadi favorit mengaji Al Quran ditemani cucu-cucunya yang masih kecil adalah di sebuah ayunan samping teras rumah.
"Bapak itu sangat besar perannya memberi teladan dalam hidupnya bagi kami. Almarhum sering member nasehat agar kami tidak terlena dengan kehidupan dunia. Walau dunia itu senantiasa dikejar tetapi akherat lebih utama. Dengan begitu hidup akan terasa sejuk dan damai di mata Allah SWT," kisah seorang menantunya Wiji kemarin saat Babel Pos (Grup JPNN) sore kemarin nyamperin rumah duka.
Istri almarhum, Suryati, yang kemarin masih menyimpan duka di wajahnya sempat menuturkan kenangan spiritual yang diberikan almarhum kepada anak-anaknya. Seperti menasehati agar melaksanakan sholat itu jangan sampai cepat-cepat ataupun tergesa-gesa. Agar hadir rasa kekhusukan dengan harapan dapat diterima oleh Allah SWT. Namun bagi Suryati sendiri, saat menjelang almarhum meninggal dunia tidaklah mendapat firasat ataupun wasiat khusus, melainkan biasa-biasa saja.
Majlis Maulid Wat Ta'lim Riyadlul Jannah
"Kalau firasat sepertinya tidak ada apa-apa saat menjelang buka puasa ataupun menjelang pergi ke masjid. Namun pernah suatu saat menasehati anak agar jangan keburu-buru bilamana sholat, agar khusuk. Ada juga suasana lain pada almarhum beberapa hari terakhir, yakni agak diam, tetapi bagi kami itu bukanlah firasat apapun," cerita salah satu perawat Rumah Sakit Bhakti Timah Pangkalpinang.
Petugas bilal taraweh masjid Baitul Ma ruf, Hamidi (51), yang juga sahabat almarhum, mengisahkan kalau almarhum beberapa waktu lalu pernah bercerita soal kakinya yang sering keram. Almarhum juga berpesan agar Hamidi yang nantinya akan mengganti dirinya sebagai imam bilamana meninggal dunia. Namun bagi Hamidi cerita almarhum tersebut awalnya hanyalah sebatas cerita biasa.
"Namun tak menyangka cerita almarhum itu adalah cerita terakhirnya pada saya. Dan malam Jumat kemarin itu adalah tugas menjadi imam yang terakhir. Padahal malam Jumat kemarin itu sendiri adalah giliran saya, tetapi entah bagaimana saya menyerahkan tugas imam tersebut pada diri almarhum," kata Hamidi.
"Meninggalnya almarhum menjadi harapan juga bagi kami bilamana nantinya mendapat giliran dari Allah SWT dalam waktu dan tempat yang mulia juga. Sungguh secara manusiawi kami kehilangan, tetapi sisi lain kami kagum. Semoga Allah SWT senantiasa menerima amal ibadahnya, serta menerimanya dengan layak di sisi-Nya. Selamat jalan sahabat," ucapnya.
Sabtu, 28 Juli 2012
Al kisah Ahmad Siswani, Meninggal Waktu Sholat
06.29