Ketika kita dengan sabar mengantre di restoran-restoran yang berjejer pada sebuah Mall, ketika kita dengan senang melihat lebih dari sepuluh jenis masakan di meja makan kita yang enak-enak, ketika kita menginginkan kolak dengan rasa manis dan pisang yang lembut, ada dimensi lain diluar itu, ada dunia lain di luar kita yang tak tersentuh oleh kekuatan keinginan untuk makan. Dunia tanpa daya, dunia tanpa kemanusiaan.
Bulan Ramadhan bukanlah sebuah bulan dengan ensiklopedi kuliner, bulan Ramadhan bukanlah bulan yang memanjakan telinga kita dan mata kita melihat di TV ustad-ustad dengan pakaian perlente, kumis yang rapi dan cambang yang digunting seperti sebuah taman jepang lalu bicara ayat sambil hidupnya penuh kemewahan, bukan...saudara-saudara....bukan itu, Islam mengajarkan kita bahwa pada bulan Ramadhan kita mampu membahasakan diri kita dalam bahasa kemanusiaan, bukan bahasa egois kepuasan, bukan bahasa kesombongan spiritual, bukan bahasa penghinaan terhadap orang miskin yang diinjak-injak oleh kaum miskin lainnya rebutan dzakat 50 ribu.
Islam mengajarkan kemuliaan hidup, dan kemuliaan hidup adalah pada kesederhanaan, pada pengenalan diri sendiri, pada kemampuan kita mencari jalan Allah swt, mencari jalan keikhlasan, menemukan rumah kesabaran. Tapi betapa banyak dari kita yang menjadi raksasa bagi diri sendiri, dengan berpuasa kita menyimpan energi kejahatan dalam diri kita, kita berpuasa untuk keegoisan kita, menumpulkan rasa kemanusiaan kita, menganggap kitalah yang paling menderita karena tak makan dan tak minum dalam sekian jam, padahal puasa itu adalah melatih agar manusia mampu berpikir, bertindak dan berbahasa secara kemanusiaan.
Percayalah pada kalam Allah swt dalam Al Qur'an, percayalah pada ucapan-ucapan suci Nabi Muhammad swt yang merupakan ucapan kesadaran tinggi seorang manusia, bahwasanya di dalam harta kita terkandung hak orang lain, terkandung hak dari mereka yang tidak bisa mendapatkan kenikmatan dunia karena kegagalan kita memahami kemanusiaan.
Karena ketika engkau berlatih dalam keIslamanmu maka dengan sendirinya engkau terlatih menyentuh hatimu dengan rasa kemanusiaan, jalani Islam dengan hatimu, dengan seluruh rumah kesadaranmu, maka kelak kau akan malu ketika makan mewah di bulan puasa, 'adakah hak dari orang miskin dan sengsara yang sudah aku makan?